Ada cerita yang belum tuntas ku ceritakan. Cerita tentang aku dan dia sang bintangku. Tentunya seperti yang kalian tahu, bahwa aku menyukainya semenjak masa orientasi di kampusku tahun 2010 silam. Ya, 2 tahun yang lalu. Seperti kisah-kisah yang telah kuceritakan sebelumnya, aku dan dia kian hari kian dekat dan akrab. Sampai pada suatu waktu kita ditakdirkan untuk bekerja pada suatu organisasi kemahasiswaan di kampusku. Aku merasa senang dan dia pun tampaknya begitu. Waktu demi waktu, hari demi hari kita lalui bersama. Aku merasa telah dia tempatkan menjadi salah satu orang yang spesial di hatinya. Mungkin dia tidak akan mengakuinya saat itu. Mengapa aku berkesimpulan seperti ini? Ya, karena dia menjadikanku seseorang yang selalu diajak bercerita tentang kehidupannya dan rahasianya. Mungkin tidak semua teman atau sahabatnya mengetahui kisah-kisah yang dia ceritakan kepadaku.
Dan tibalah pada saat itu lengsernya kami dari organisasi itu. Awalnya aku belum bisa menerima kehilangannya karena kami tidak mungkin akan bersama-sama bersamanya. Tapi aku harus bisa untuk mengikhlaskannya demi menggapai impiannya. Akhirnya aku pun mulai bisa mengikhlaskannya. Tapi apa yang terjadi kemudian? Dia justru datang dan memberikan harapannya kepadaku. Tepat tanggal 29 Juni 2012 aku dan dia saling berterus terang mengenai perasaan kita masing-masing selama ini. Dan dia pun menyatakan cintanya padaku. Aku tak menyangka akan secepat ini. Akhirnya aku dan dia pun menjadi sepasang kekasih pada tanggal 29 Juni 2012. Namun sayang, karena suatu alasan yang aku pun tak mengerti mengapa, dia melakukannya. Tepat tanggal 3 Juli 2012 dia melepaskanku. Sangat tiba-tiba. Padahal beberapa jam sebelumnya tidak ada yang terjadi. Semua berjalan seperti biasanya. Hanya aku dan dia yang tahu. Aku shock untuk beberapa waktu. Aku pun hanya bisa pergi ke Zona G. Bersama sahabatku aku menghabiskan sore itu disana, Zona G. Tanpa ada penjelasan yang ku berikan kepada sahabatku. Karena hal ini adalah hal yang rumit dan krusial dalam hidupku. Aku dan dia telah sepakat untuk tidak mempublish hubungan kami saat itu.
Pada akhirnya, aku dan dia mungkin tidak ditakdirkan untuk bersama. Aku mulai mencoba hidup tanpa bayang darinya. Walaupun itu sulit karena dia masih beredar disekelilingku, tapi aku tak mungkin memutuskan tali silaturahim yang telah lama aku rajut. Maka, biarlah Allah menghapusnya dari hatiku, dari pikiranku. Dan biarlah Allah menggantikannya dengan yang lebih baik untukku. Aamiin.
Telah ku tutup lembar buku kisahku dengannya, mudah-mudahan lembaran terakhir itu tidak tertiap angin dan terbuka kembali. Biarlah lembar buku tersebut tertutup rapat. Karena aku yakin, masih ada lembaran pada buku yang lain yang masih kosong dan belum aku isi. Lembaran buku yang belum sempat aku selesaikan. :)